PERPADUAN BUDAYA MELAYU, CHINA DAN EROPA PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG PALEMBANG

Authors

  • Maryamah Maryamah UIN Raden Fatah Palembang
  • Annisa Firdianti UIN Raden Fatah Palembang
  • Annidaul Fitri UIN Raden Fatah Palembang
  • Annisa Dela Safitri UIN Raden Fatah Palembang

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengungkap informasi mengenai perpaduan budaya Melayu, China dan Eropa pada arsitektur Masjid Agung Palembang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif serta menggunakan metode deskriptif dan historis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Masjid Agung Palembang mulai dibangun pada masa pemerintaan Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (1724-1758) yang peletakan batu pertamanya dilaksanakan pada 1 Jumadil Akhir 1151 H (1738 M) dan selesai pada 28 Jumadil Awal 1161 H (26 Mei 1748 M). Bagunan masjid ini merupakan salah satu karya sultan untuk memenuhi kebutuhan warganya untuk melaksanakan ibadah. Sultan Mahmud Badaruddin I memastikan wujud arsitektur Masjid Agung Palembang tersebut terdiri dari tradisional, China, dan Eropa. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan unsur tradisional di masjid ini ialah atap berundak dengan limas di puncaknya (mustaka) dan wujud mustaka yang terjurai serta melengkung ke atas pada keempat ujungnya berarsitektur China. Kemudian untuk unsur Eropa dapat dilihat dari gerbang serambi, yang mana satu buah sebagai pintu masuk utama dengan tiang yang menonjol gaya Eropa.

Downloads

Published

2024-07-12