Dinamika Tutupan Lahan Kawasan Hutan Lindung Air Telang Menggunakan Teknik Overlay Multitemporal
DOI:
https://doi.org/10.31851/sainmatika.v15i2.2179Keywords:
overlay of time series, Air Telang Protected Forest, dynamics of land coverAbstract
Identification of various types of land cover in the Air Telang Protected Forest has been carried out during the period 1989-2013. The method used in identifying the dynamics of land cover in this area is the survey method of land cover changes based on time series remote sensing data in 1989, 2001 and 2013. Analysis of data in this study was in the form of analysis of land cover changes in Air Telang Protected Forest using GIS with a two-period overlay of time series technique namely the period 1989-2001 and 2001-2013. The results showed that there were around 55.11% (6,978.00 ha) of primary forest that still survived during period 1 (1989-2001) and around 44.8% (5,671.53 ha) in period 2 (2001-2013). The area of primary forest increases because of the succession of several types of land cover, such as secondary forests, coconut plantations, swamp shrubs, ponds and water bodies into primary forests. The reduction in primary forest area is caused by the conversion of forests by communities into coconut plantations, oil palm plantations and ponds, and illegal logging. The Air Telang Protected Forest area needs to be restored in an effort to maintain its function as a protected forest.
Â
Keywords: overlay of time series, Air Telang Protected Forest, dynamics of land cover
Â
ABSTRAK
Â
Identifikasi berbagai tipe tutupan lahan di Hutan Lindung Air Telang (HLAT) telah dilakukan selama periode tahun 1989-2013. Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi dinamika tutupan lahan di wilayah ini adalah metode survey terhadap perubahan tutupan lahan berdasarkan data penginderaan jauh multitemporal tahun 1989, 2001 dan 2013. Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis perubahan tutupan lahan di HLAT menggunakan GIS dengan teknik overlay multitemporal dua periode yaitu periode tahun 1989-2001 dan 2001-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sekitar 55,11% (6.978,00 ha) hutan primer yang masih bertahan selama periode 1 (1989-2001) dan sekitar 44,8% (5.671,53 ha) pada periode 2 (2001-2013). Luas hutan primer bertambah karena adanya suksesi beberapa tipe tutupan lahan, seperti hutan sekunder, kebun kelapa, belukar rawa, tambak dan badan air menjadi hutan primer. Sedangkan berkurangnya luas hutan primer disebabkan karena adanya konversi hutan oleh masyarakat menjadi perkebunan kelapa, perkebunan kelapa sawit dan tambak, serta penebangan hutan secara liar. Kawasan HLAT perlu direstorasi dalam upaya untuk mempertahankan fungsinya sebagai hutan lindung.
Â
Kata Kunci: overlay multitemporal, Hutan Lindung Air Telang, dinamika tutupan lahanReferences
Anwar, C. dan Gunawan, H. 2006. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan (23-34). Padang, 20 September 2006.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyuasin. 2010. Laporan Hasil Identifikasi Gangguan Kawasan Hutan Lindung Pantai Air Telang Kabupaten Banyuasin. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyuasin. Pangkalan Balai.
Djohan, T.S. 2007. Mangrove Succession in Segara Anakan, Cilacap. Berkala Ilmiah Biologi, 6 (1): 53-62.
Eddy, S., Iskandar, I., Ridho, M.R. dan Mulyana, A. 2017. Land Cover Changes in the Air Telang Protected Forest, South Sumatra, Indonesia (1989-2013). Biodiversitas, 18(4):1538–1545.
Eddy, S., Mulyana, A., Ridho, M.R. dan Iskandar, I. 2015. Dampak Aktivitas Antropogenik terhadap Degradasi Hutan Mangrove di Indonesia. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, 1(3): 240-254.
Fromard, F., Vega, C. dan Proisy, C. 2004. Half A Century of Dynamic Coastal Change Affecting Mangrove Shorelines of French Guiana. A Case Study Based on Remote Sensing Data Analyses and Field Surveys. Marine Geology, 208(2004): 265-280.
Giesen, W. Wulffraat, S. Zieren, M. dan Scholten, L. 2007. Mangrove Guidebook for Southeast Asia. Dharmasarn, Co. Ltd. Thailand.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta: 175 hlm.
Irawan, S. dan Sirait, J. 2017. Perubahan Kerapatan Vegetasi Menggunakan Citra Landsat 8 di Kota Batam Berbasis Web. Jurnal Kelautan, 10(2): 174-184.
Kasim, F. 2012. Pendekatan Beberapa Metode dalam Monitoring Perubahan Garis Pantai Menggunakan Dataset Penginderaan Jauh Landsat dan SIG. Jurnal Ilmiah Agropolitan, 5(1): 620-635.
Romiyanto, Barus, B. dan Sudadi, U. 2015. Model Spasial Kerusakan Lahan dan Pencemaran Air akibat Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin di Daerah Aliran Sungai Raya, Kalimantan Barat. Jurnal Tanah dan Lingkungan, 17(2): 47-53.
Suwargana, N. 2008. Analisis Perubahan Hutan Mangrove Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pantai Bahagia, Muara Gembong, Bekasi. Jurnal Penginderaan Jauh, 5: 64-74.
Utomowati, R. 2017. Dinamika Temporal Tutupan Lahan dan Pengaruhnya terhadap Indeks Fungsi Lindung Daerah Aliran Sungai (DAS) Jlantah Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2010-2016. Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2017, (103-117). Surakarta, 22 Mei 2017.
Wibowo, K. dan Handayani, T. 2006. Pelestarian Hutan Mangrove melalui Pendekatan Mina Hutan (Silvofishery). Jurnal Teknik Lingkungan, 7(3): 227-233.