Perbedaan MoL Bonggol Pisang dan EM4 sebagai Aktivator terhadap Lama Pengomposan Sampah dengan Metode Takakura

Authors

  • Zairinayati Zairinayati Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
  • Rahmi Garmini

DOI:

https://doi.org/10.31851/sainmatika.v18i2.6536

Keywords:

MoL, EM4, kompos

Abstract

Pengomposan dengan metode Takakura merupakan proses pengolahan sampah yang sangat mudah diterapkan, agar waktu penguraian lebih cepat maka dapat digunakan activator sebagai dekomposernya. Bonggol pisang dan EM4 (Effective Microorganism) merupakan salah satu activator yang dapat mempercepat pengomposan. MoL  (Mikroorganisme  Lokal)  adalah  kumpulan  mikroorganisme  yang yang  berfungsi  dalam  penguraian  senyawa  organik karena mengandung Azotobacter  sp.,  Lactobacillus  sp.,  ragi,  bakteri  fotosintetik  dan jamur  pengurai  selulosa. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah pembuatan MoL, pengaktifan EM4 dan tahap pengomposan. Perlakuan diproses dalam 2 unit keranjang takakura dengan ulangan sebanyak 4 kali sehingga jumlah sampel sebanyak 8 dan 1 kontrol. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas mikroorganisme lokal bonggol pisang dan EM4 sebagai aktifator terhadap lama pengomposan sampah organik dengan metode Takakura. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian eksperimen yaitu melakukan pengamatan terhadap proses pengomposan. Manfaat yang diperoleh adalah proses pengomposan dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga, metodenya sederhana, biayanya murah dan pembuatan MoL cukup 1 kali untuk proses pengomposan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MoL bonggol pisang dapat digunakan sebagai aktivator pengomposan dan memiliki kemampuan yang sama dengan EM4 dengan lama waktu pengomposan adalah 21 hari.. Kesimpulan tidak ada perbedaan penggunaan MoL bonggol pisang dengan EM4 terhadap alam pengomposan dengan metode Takakura.

References

Amalia. D, W. P. (2016). Penggunaan EM4 dan MOL Limbah Tomat sebagai Bioaktivator pada Pembuatan Kompos. Jurnal Life Science Unnes, 5(1), 18–24.

Ayu P, L, dkk. (2018). Pengaruh Frekuensi Penyiraman Air Limbah CUcian BEras terhadap Lama Waktu PEngomposan dengan Metode Lubang Resapan Biopori.

Benito, A. . dkk. (2012). Identifikasi Bakteri yang Dominan Berperan pada Proses Pengomposan Filtrate Pengolahan Pupuk Cair Feses Domba ( Identification of Dominant Bacteria in The Composting of Filtrate of Liquid Fertilizer Making Process of Sheep Feces ). Jurnal Ilmu Ternak, 12(1), 7–10.

Karyono, T., & Yatno. (2017). Penambahan Aktivator Mol Bonggol Pisang dan EM 4 dalam Campuran Feses Sapi Potong dan Kulit Kopi terhadap Kualitas Kompos dan Hasil Panen Pertama Rumput Setaria ( Setaria splendida Stapf ) Mol Banana Weevil Bio Activator Addition and EM4 in a Mixture of C. Jurnal Sains Peternakan Indonesia, 12(1), 102–111.

Kesumaningwati, R. (2015). Penggunaan Mol Bonggol Pisang (Musa Paradisiaca) Sebagai Dekomposer Untuk Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit. Journal of Chemical Information and Modeling, 40(1), 40–45.

Kumalasari, R. (2016). Pengomposan daun menggunakan konsorsium Azotobacter. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 5(2), 7–9.

Novela. V dkk. (2019). Efektivitas Aktivator EM4 dan MOL Tape Singkong Dalam Pembuatan Kompos Dari Sampah Pasar (Organik) Di Nagari Kototinggi. Jurnal Human Care, 3(2), 1–9.

PP No. 81 tahun 2012. (2012). tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Rezagama, A., & Samudro, G. (2015). Studi Optimasi Takakura Dengan Penambahan Sekam Dan Bekatul. Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 12(2), 66. https://doi.org/10.14710/presipitasi.v12i2.66-70

Wulandari. (2004). Pasar Nanggalo Kota Padang merupakan Pada umumnya masyarakat memenuhi kebutuhan pangan. Prosiding Semianr Nasional STIKEs Syedza Saintika, 475–487.

Downloads

Published

2021-12-31