KOMPOSISI DAN STRUKTUR KOMUNITAS GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI DAERAH ARAU BINTANG KOTA BENGKULU
DOI:
https://doi.org/10.31851/indobiosains.v3i1.4482Abstract
Penelitian tentang komposisi dan struktur komunitas gulma di perkebunan kelapa sawit di daerah Arau Bintang Kota Bengkulu telah dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2020 bertujuan untuk menganalisis komposisi dan struktur komunitas gulma pada perkebunan kelapa sawit di daerah Arau Bintang Kota Bengkulu. Penelitian mengunakan metode survey, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan metode kuadrat dengan menentukan 5 plot berukuran 2 m x 2 m dalam areal petak contoh utama berukuran 100 m x 100 m. Parameter yang diamati yaitu kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dan indeks nilai penting. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap spesies gulma yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma yang ditemukan sebanyak 2 Divisio, 4 Class, 7 Ordo, 9 Familia, 15 Genus, 17 Spesies dan 887 individu yang terdiri dari, yaitu Borreria latifolia, Melastoma malabathricu, Stenochlaena palustris, Ageratum conyzoides, Mikania micrantha, Cyperus kyllingia, Cyperus rotundus, Cyperus compresus, Digitaria ciliaris, Rhynchospora corymbosa, Pueraria phaseoloides, Clidemia hirta, Axonopus compresus, Cynodon dactylon, Paspalum conjugatum, Sporobolus diander, Nephrolepis bisserata. Kerapatan Relatif (KR) yang tertinggi dimiliki Ageratum conyzoides (bandotan) dengan nilai 24,80%, Kerapatan yang terendah terlihat pada spesies Sporobolus dengan nilai kerapatan 0,4 individu/m2 dan kerapatan realtif 0,9%. Frekuensi relatif tertinggi dimiliki 9 spesies yaitu Ageratum conyzoides, Axonopus compresus, Pueraria phaseoloides, Cynodon dactylon, Borreria latifolia, Mikania micrantha, Rhynchospora corymbosa, Clidemia hirta dan Sporobolus diande, masing-masing dengan nilai tertinggi 100%, Sedangkan nilai frekuensi yang terendah yaitu Stenochlaena palustris dengan nilai frekuensi 0,4 dan frekuensi relatif 2,73%.   Indeks nilai penting (INP) yang tertinggi adalah Ageratum conyzoides yaitu 31,64%, sehingga dapat dikatakan bahwa Ageratum conyzoides mendominasi di lahan perkebunan, Spesies yang memiliki nilai INP terendah adalah Stenochlaena palustris dengan nilai INP 4,42%.  .
References
Ariyanti, M., S. Yahya, K. Murtilaksono, Suwarto, dan H.H. Siregar. 2015. Study of the Growth of Neprolepis Bisserata Kuntze and its Utilization of cover crop under mature oil palm plantation. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research 1 (19): 325-331
Dahlianah, I. 2019. Keanekaragaman Jenis Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Manggaraya Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin. Jurnal Indobiosains. Vol 1. No.1
Mangoensoekarjo, S dan A.T. Soejono. 2015. Ilmu Gulma dan Pengelolaan Pada Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Mohamed, M. S dan I. A. Seman. 2012. Occurance of Common Weed in Immature Planting of Oil Palm Plantation in Malaysia. The Planer, Kuala Lumpur.
Rosanti, D. 2012. Taksonomi Gulma Pada Perkebunan Kacang Panjang Desa Sungai Pinang Kabupaten Banyuasin. Jurnal Sainmatika. 9(1) 9-1
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya.Yogyakarta: Graha Ilmu
Sugiarto. 2011. Kajian Peranan Sertifikasi Benih pada Usaha Penangkaran Benih dalam Mendukung Pembangunan di Bengkulu. Jurnal Agricultural Scince. Vol. 1 (2) : 86-93
Suryaningsih, Joni M, dan Darmadi AAK. 2011. Inventarisasi Gulma pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Sawah Kelurahan Padang Galak, Denpasar Timur, Kodya Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Simbiosis. 1(1): 1-13.
Suwarto. 2010. Budidaya Tanaman Unggulan Perkebunan. Penebar Swadaya. Jakarta.